Minggu, 17 Mei 2015

Tajuk-Tajuk Mochtar Lubis Di Harian Indonesia Raya Seri 1

Judul                  : Tajuk-Tajuk Mochtar Lubis Di Harian Indonesia Raya Seri 1 : Politik Dalam Negeri Dan  Masalah Nasional
Penerbit             : Yayasan Obor Indonesia
Jumlah hal          :439+xx
Cetakan             : Pertama

Seorang pewarta meski tidak bersentuhan langsung dengan permasalahan, pada dasarnya mengerti bagaimana sebuah akar masalah ada. Meliput berita itu ibatat membaca, jadi pengetahuan akan informasi dimiliki seorang pewarta juga bagian penting untuk menemukan solusi. Sebab datangnya informasi seorang pewarta melalui berbagai sumber sesuai kaidah jurnalistik.

Disinilah seorang jurnalis dituntut untuk mengetuk hati nurani demi sebuah tanggung jawab. Keberpihakan berdasarkan sudut pandang dirinya akan sangat menentukan sekali opini publik. Meski setiap pilihan tersebut pasti melukai, merugikan, mencoreng, pihak-pihak tertentu.

Muchtar Lubis menjadi salah satu bagian dari mereka. Beliau berkesempatan menjadi pewarta dipercaya pada rezim orde baru. Dia banyak menuliskan suara-suara sumbang bermuatan kritik terhadap ketidakadilan, ketidakberesan birokrasi pemerintahan. Begitu menarik, karena Muchtar Lubis jika ada persoalan langsung menyemprot nama tokoh bersangkutan.


Melihat efek tajuk rencana ditulis, rupanya menimbulkan berbagai respon banyak kalangan. Ada kalanya reaksi itu datang dari pemerintah, pengusahan, mahasiswa, atau tokoh lain. Tetapai tidak jarang pula keacuhan pemerintah akan tuntutan kejalasan sebuah informasi membuat beliau sedikit frustasi. Ini dapat diketahui dari berbagai tulisan yang mencantumkan seringnya kata-kata ”harian ini tidak akan lelah.”

Bagaimanapun tajuk-tajuk yang telah dipublikasikan oleh Muchtar lubis merupakan bagian untaian sejarah bangsa Indonesia. Lebih tepatnya sejarah lebih menyoroti persoalan-persoalan politik dalam negeri masa orde baru. Hanya saja karena kala itu pers sangat dikekang, dicantumkanlah optimisme akan keyakinan bahwa orde baru sebagai era pencerahan setelah kebobrokan orde lama. Setidaknya kritisi penuh perbandingan tersebut ada karena akibat luka lama masa orde lama yang sempat dibredel oleh pemerintahan Soekarno.

Bagi orang seperti saya yang telah dicekoki kebaikan demokrasi ala reformasi dengan segala keburukan-keburukan Orde Baru merasa berlebihan apa yang dijunjung Muchtar Lubis. Sebab Muchtar Lubis terkesan sangat main aman dari sanksi President Soeharto. Justru ini juga menjadi titik balik. Ketika ditelaah perlahan-lahan bisa memunculkan sebuah paradigma baru tehadap pemerintahan Soeharto. Tidak jarang ia tampilan kebopengan pemerintahan Soekarno sebagai pembanding. Lebih tepatnya Soekarno dengan berbagai doktrin kebo hitamnya dianggap lebih dekat dengan komunisme.

Meski tulisan ini nilainya sangat bermuatan sejarah, tekadang terasa menjemukan, dan kesal untuk dibaca. Pasalnya ketika kita terus fokus membaca timbul kesakitan tersendiri akan sejarah masa lalu. Merdeka atau tidak merdeka terasa sama bagi sebagian besar rakyat. Faktanya sebuah persoalan yang dari jaman awal kemerdekaan ada sampai sekarang terus berulang dan masih ada dan mungkin esok juga akan ada.

Jadi, kalau diresapi kembali, benarkan pemerintahan yang kita jalankan di negeri ini? Lihatlah bagaimana masih terus berlanjutnya persoalan sosial, hukum, dan politik. Optimisme itu cukup sulit menimbang masih tingginya kepentingan dibawah bendera golongan. Semua terlihat jelas saat posisi keadilan di masyarakat kelas paling bawah tidak setara. Lihat saja, mereka selamanya terus dihisap, direndahkan, diabaikan, serta dengan mudah dapat disingkirkan kapanpun.

Apabila para pemimpin beserta abdi negara yang masih bertugas hari ini mengerti sejarah dengan benar, seharusnya Indonesia bisa lebih baik. Tidak ada harapan lain selain kesejahteraan bersama dan menjunjung tinggi pluralitas. Celakanya nilai-nilai itu sirna ketika seorang pilihan dihadapkan kepada kursi kekuasaan.

Tidak salah jika nilai materi melebihi dari apapun untuk menunjang segala keinginan. Sampai-sampai pertimbangan politisi ketika mengambi kebijakan bermuatan kontroversi dijawab ”biarlah sejarah yang menjawab.”

Untuk membunuh rasa fanatisme, kiranya wajib kita membaca kembali lembaran sejarah bangsa ini lewat tulisan tajuk-tajuk rencana masa orde baru. Era ini merupakan momentum terbaik mempelajari perkembangan Indonesia terkesan makmur dibawah jerat hutang luar negeri.

setelah memasuki masa-masa reformasi pencapaian, citra, dan wajah orde baru terlanjur suram tanpa ada suara keberhasilan untuk didengar. Bisa jadi Ketakutan tersebut sengaja diciptakan supaya tidak mengalami rezim serupa dianggap menghanguskan ketentraman ditengah masyarakat.

Rabu, 13 mei 2013
Sekret sm

Iskak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar